Muka garang haha tapi aku tetep suka sih.
Apa? Suka? Sejak kapan?
Lho nggak. Aku nggak suka. Tertarik aja.
Ah yakin ga suka?
Aku pasti gila kalo suka dia.
Halah, tiap ke kantin aja kamu pasti noleh ke payung nyari dia.
Eh tapi itu kan bisa aja disebut rasa simpati.
Kalo simpati, haruskah kamu sampai memimpikannya?
Yaudah, ralat deh. Aku kan cuma pengen kenal sama dia.
Yakin cuma pengen kenal? Nggak pengen lanjut?
Lanjut gimana?
Lanjut mendalami hati.
Tunggu, aku kan sudah bilang, aku pasti gila kalo sampe sudi mengijinkan dia masuk ke hatiku.
Tapi kenyataannya begitu sayang.
Kenyataan yang mana? Tolong jangan buat aku bingung.
Oke. Dengar! Gimana rasanya kalo nggak liat dia seharian?
Nggak nyaman.
Lalu gimana rasanya kalo kamu papasan sama dia?
Deg, ada dia. Tapi degup jantungku nggak bertambah tuh.
Perasaan apa yang kamu alami, kalo kamu nemuin dia di payung?
Nyaman, hati anget. Bosan, dia bajunya hitam mulu. Ketawa dalam hati, mukanya garang.
Tuh tuh, lihat, kamu aja perhatiin dia pake baju apa tiap harinya.
Itu kan simpati.
Sekarang kalau yang lain? Kamu hafal mereka pake baju apa tiap harinya?
Nggak sih. Kan aku nggak simpati sama mereka.
Tuh kan, berarti hatimu menaruh rasa perhatian sama dia.
Lalu kenapa? Kan emang simpati bisa diartikan perhatian.
Kenapa kamu naruh perhatian sama dia?
Entah. Everything was normal until he came and colored my day.
Tunggu, berarti kamu menganggapnya spesial?
Mungkin.
Sespesial apa?
Aku sendiri juga ga paham.
Jadi, kamu mulai mengakui kalau kamu suka dia?
Err, bisa jadi.
Kenapa kamu penuh ketidakpastian?
Maaf, aku benar2 bingung.
Ayolah, kalau memang suka, kenapa nggak ngaku aja?
Tolong, aku kan sudah bilang, aku pasti sudah gila kalau suka dia.
Apa salahnya?
Kenal aja nggak.
Hanya itu? Alasan serendah itu?
Itu dasar dari semua alasan.
Memangnya ada alasan yang lain?
Ada! Dia ips, anak sos.
Lalu kenapa?
Kita BERBEDA.
Bukankah Tuhan sengaja menciptakan perbedaan untuk saling melengkapi?
Memang. Err, ada perbedaan lain yang sangat bermasalah.
Apa?
Ras dan agama. Maaf jika aku lancang.
Ah jadi sekarang kamu rasis?
Bukan maksudku demikian.
Lantas?
Aku tidak bisa mentolerir perbedaan yang satu ini.
Kenapa?
Memang itu komitmenku.
Seandainya dia memiliki ras dan agama yang sama denganmu, apa yang akan terjadi?
Aku akan dengan mudahnya mengakui jika aku punya perasaan suka dia.
Ohh, dengan demikian, aku sudah bisa menyimpulkan.
Apa?
Kamu suka dia.
TIDAK! Aku belum gila!
Suka sama dia tidak berarti gila.
Tapi aku tidak mau!
Kumohon,
jangan pikirkan perbedaan kalian. Pikirkanlah betapa tersiksanya hatimu
ketika kamu tidak melihatnya, memimpikannya, bicara tentangnya.
Lalu?
Pelan-pelan kamu akan sadar bahwa kamu sudah menyukainya.
Bukan. Masih tertarik.
Tolong jangan egois.
Tapi aku memang belum suka.
Ya sudah, aku nurut. Tapi tolong, jika kamu memang suka, akui saja. Ada banyak teman-temanmu yang mau membantumu mendekatinya.
Tapi aku tidak suka!
Sudah, simpan saja nasihatku, pasti berguna suatu saat nanti.
Hampir saja aku suka dia.
Wednesday, Nov 6, 2013
-someone in love-